I.
PENDAHULUAN
.Dunia pendidikan merupakan sebuah
bidang sosial yang sangat dinamis. Perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan
dapat terjadi dalam tempo yang singkat. Demikian juga permasalahan yang muncul
di dalamnya bisa sangat beragam. Dibutuhkan penanganan dan solusi yang tepat
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Saat ini guru dituntut untuk selalu
kreatif dan inovatif dalam mengatasi problem yang muncul dalam bidang
garapannya, yakni dunia pendidikan dan pembelajaran. Seorang guru profesional
tidak boleh hanya puas terhadap hasil kualitas pembelajaran di kelas yang
diampunya. Guru hendaknya selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan berusaha mengatasi problematika pembelajaran yang muncul.
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) banyak diterapkan dan
ditekankan agar dilaksanakan oleh guru. PTK dianggap sebagai ‘obat mujarab’
untuk mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang terjadi. PTK diharapkan dapat
menjadi sarana dan upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK sendiri
merupakan penelitian adopsi dari konsep awal, yakni penelitian tindakan (actions
research). Awal mulanya, penelitian tindakan ditujukan untuk mencari solusi
terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang
berkembang di masyarakat pada saat itu. Penelitian tindakan dilakukan dengan
diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal
kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam
proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu
observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi
atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini
kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya.
Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai
suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai. Secara lebih luas,
penelitian tindakan akan dibahasa dalam makalah berikut.
II.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Pengertian Penelitian Tindakan
Pada awalnya,
penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk
mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Istilah
penelitian tindakan berasal dari karya Kurt Lewin mengenai dinamika sosial di
Amerika pada tahun 1946.[1]
Dia bermaksud mencari kaidah-kaidah umum dalam kehidupan kelompok melalui
pengamatan dan refleksi yang cermat terhadap proses-proses perubahan sosial di
masyarakat. Dua hal penting dalam karyanya adalah gagasan mengenai keputusan
kelompok dan komitmen untuk melakukan perbaikan. Menurut Lewin, ciri yang
menonjol dari penelitian tindakan adalah pihak yang menjadi sasaran perubahan
memiliki tanggung jawab terhadap arah tidakan yang sekiranya akan menuju
perbaikan dan tanggung jawab untuk mengevaluasi hasil dari strategi atau cara
yang diterapkan dalam praktik.
Gagasan Lewin
tersebut kemudian dikembangkan oleh para ahli seperti Stephen Kemmis, Robin Mc
Tanggart, John Elliott, Dave Ebutt, dan lainnya ke seluruh Eropa, Amerika
Latin, dan Australia.[2]
Pada perkembangannya, penelitian tindakan berkembang di masing-masing daerah
dengan ciri yang berbeda. Meskipun demikian, prinsip-prinsip penelitian
tindakan tetap sama.
Dalam bidang
pendidikan, penelitian tindakan pertama kali dilaksanakan oleh Stephen Corey.[3]
Ia juga mengajak semua guru untuk menjadi peneliti di ruang kelas mereka
sendiri. Dengan penelitian tindakan ini, guru dapat menjadi pihak yang paling
tahu tentang dunianya (kelas dan pengajarannya) dan paling tahu tentang cara
yang paling baik untuk memperbaiki hal-hal yang kurang baik dalam dunianya itu.
Di Indonesia
sudah banyak dikenal adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada hakikatnya,
penelitian tindakan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan PTK
karena obyek penelitian penelitian tindakan tidak hanya terbatas dalam kelas
saja, tetapi dapat pula diterapkan di luar kelas, komunitas, masyarakat, dan
sebagainya. Adapun pengertian dari penelitian tindakan, sebagaimana diungkapkan
oleh banyak pakar adalah sebagai berikut:[4]
1.
Penelitian tindakan merupakan kajian dari
sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas
situasi sosial tersebut. Pengertian ini disampaikan oleh John Elliott.
2.
Penelitian tindakan merupakan integrasi dari
serangkaian tindakan (implementasi dari perencanaan) yang disertai dengan
penelitian.[5]
3.
Kurt Lewin mendefinisikan penelitian tindakan
sebagai suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
4.
Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk self-inquiry
kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk
meningkatkan rasionalitas dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka
lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi di
mana praktik itu dilaksanakan. Definisi ini disampaikan oleh Kemmis &
Taggart.[6]
Sebenarnya
masih banyak definisi mengenai penelitian tindakan yang disampaikan oleh para
ahli. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan
suatu bentuk penelitian reflektif diri yang dilakukan dilakukan peneliti dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan perbaikan yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi yang dialami peneliti itu sendiri.
Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan/tindakan (treatment)
dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala
mikro, yang diharapkan tindakan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pada situasi tertentu.
Setidaknya
terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan
keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga
area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional
dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya;
serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan.[7]
Banyak nama
lain untuk penelitian tindakan (action research), diantaranya,
penelitian partisipatori (partisipatory research), penelitian
kolaboratif (collaborative inquiry), penelitian emansipatori (emancipatory
research), pembelajaran tindakan (action learning) dan penelitian
tindakan kontekstual (contextual action research), akan tetapi semuanya
bervariasi pada suatu tema. Secara sederhana penelitian tindakan merupakan
“belajar dengan melakukan” (learning by doing): suatu kelompok orang
mengidentifikasi suatu masalah, melakukan sesuatu untuk memecahkannya,
mengamati bagaimana keberhasilan usaha mereka, dan jika belum memadai, mereka
mencoba lagi.
Dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan
berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam
kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas
atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
B.
Prinsip dan Karakteristik Penelitian Tindakan
Dalam melaksanakan penelitian tindakan, ada enam prinsip atau asas
yang harus diperhatikan. Enam prinsip tersebut adalah:[8]
1.
Prinsip kritik reflektif
Suatu perhitungan dari suatu situasi, seperti
catatan-catatan atau dokumen pejabat akan membuat tuntutan tersembunyi menjadi
lebih berwibawa, yaitu yang bersifat faktual dan kebenaran. Kebenaran dalam
setting sosial, bagaimanapun berhubungan dengan orang yang mengalaminya.
Prinsip kritik reflektif menjamin orang-orang merefleksikan pada isu-isu dan
proses serta membuat eksplisit interpretasi, penyimpangan, asumsi, dan peduli
terhadap mana pertimbangan dibuat. Dengan cara ini, perhitungan praktis dapat
memberikan kemajuan pada pertimbangan teoretis.
2.
Prinsip kritik dialektis
Fenomena dikonseptualisasi dalam dialog, oleh
karena itu suatu kritik dialektika diperlukan untuk memahami serangkaian
hubungan antara fenomena dan konteksnya, dan antara elemen-elemen pembentuk
fenomena tersebut. Elemen-elemen kunci untuk memusatkan perhatian pada
elemen-elemen pembentuk yang tidak stabil, atau dalam pertentangan satu sama
lain. Ini adalah suatu yang dipastikan dapat menciptakan perubahan.
3.
Prinsip sumber daya kolaboratif
Prinsip sumber daya kolaboratif
mempersyaratkan bahwa setiap gagasan seseorang sama penting seperti sumber daya
potensial untuk menciptakan kategori interpretif analisis, merundingkan di
antara partisipan tersebut. Sudut pandang setiap partisipan akan dianggap memberikan andil pada
pemahaman. Perlu diingat bahwa peneliti merupakan bagian dari situasi yang
diteliti;bukan hanya pengamat.
4.
Prinsip resiko
Proses perubahan berpotensi mengancam semua
cara yang telah ditetapkan sebelumnya untuk melakukan sesuatu, dengan begitu
menciptakan ketakutan psikis di antara para praktisi itu. Prinsip ini mengacu
pada keberanian peneliti untuk mengambil resiko dalam penelitiannya.
5.
Prinsip struktur majemuk
Sifat penelitian tindakan yang dialektis,
reflektif, dan kolaboratif, memungkinkan sekali dihasilkannya struktur majemuk.
Struktur itu berwujud suatu serbaragam pandangan, komentar dan kritik,
mendorong ke arah berbagai penafsiran dan tindakan yang mungkin. Struktur jamak
dari penelitian ini memerlukan suatu teks jamak untuk melaporkan. Ini berarti
bahwa akan ada banyak perhitungan dibuat secara eksplisit, dengan komentar
pada pertentangan mereka, dan rentangan
pilihan untuk tindakan yang diperkenalkan.
6.
Prinsip teori, praktik, dan transformasi
Dalam penelitian tindakan, teori
menginformasikan praktik, praktik menyuling teori, di dalam suatu transformasi
yang kontinu. Didalam suatu latar, tindakan masyarakat didasarkan pada
asumsi-asumsi yang dipegang secara implisit; teori dan hipotesis; Setiap hasil
yang teramati pengetahuan teoretis ditingkatkan. Kedua aspek terjalin dari
suatu proses perubahan tunggal. Langkah berikutnya yang diikuti diperlakukan
untuk analisis lebih lanjut, dalam suatu siklus transformatif, yang secara
kontinu mengubah penekanan antara teori dan praktik.
Adapun ciri
dan karakteristik penelitian tindakan sebagaimana dijelaskan Elliot,[9]
antara lain:
1.
Masalah yang dipecahkan merupakan persoalan
praktis
2.
Peneliti memberikan perlakuan tindakan (treatment)
yang terrencana
3.
Langkah penelitian yang direncanakan selalu
dalam bentuk siklus, tingkatan, atau alur
4.
Adanya langkah berpikir reflektif dari
peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan
5.
Bersifat situasional kontekstual
6.
Menggunakan pendekatan yang kolaboratif
7.
Bersifat parsipatori, yakni masing-masing
anggota tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitiannya
8.
Bersifat self-evaluative, yakni
peneliti melakukan evaluasi sendiri secara kontinyu
9.
Bersifat on the spot, artinya
penelitian didesain untuk menyelesaikan masalah di tempat itu juga
10.
Temuannya diterapkan segera dan berprespektif
jangka panjang
11.
Memiliki sifat keluwesan dan adaptif.
C.
Jenis dan Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan terdiri dari empat jenis,[10]
yaitu:
1.
Penelitian tindakan diagnostik; yang
dimaksud dengan penelitian tindakan diagnostik ialah penelitian yang dirancang
dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti
mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian.
Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan,
pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah
atau kelas.
2.
Penelitian tindakan partisipan; suatu
penelitian dikatakan sebagai penelitian tindakan partisipan ialah apabila orang
yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak penencanan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. Penelitian tindakan partisipasi
dapat juga dilakukan di sekolah, hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya
secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3.
Penelitian tindakan empiris; yang
dimaksud dengan penelitian tindakan empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan
apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya
berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam
pekerjaan sehari-hari.
4.
Penelitian tindakan eksperimental; ialah
apabila penelitian tindakan diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan
belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegiatan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya penelitian
tindakan ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Secara garis besar, penelitian tindakan
dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementer yang terdiri dari empat
tahapan esensial,[11]
yaitu:
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana
tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.
Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji
secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi aspek
dan hasil sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
tindakan.
Hasil dari tahap perencanaan ini adalah
gambaran yang jelas tentang tema penelitian dan alasan memilihnya; garis besar
anggota kelompok tindakan; garis besar secara lebih rinci dan jadwal tindakan;
gambaran tentang rencana pihak-pihak yang terlibat; gambaran cara memonitor
perubahan selama pelaksanaan tindakan; gambaran awal tentang evidensi data yang
dikumpulkan.
2.
Tindakan/Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana.
Tindakan yang dilaksanakan adalah tindakan yang disengaja dan terkendali.
Tindakan pertama berfungsi sebagai landasan bagi pengembangan lebih jauh dari
tindakan berikutnya. Suatu tindakan hendaknya dilandasi dengan niat untuk
mengembangkan atau memperbaiki situasi. Jika dilihat urutannya, tindakan
diarahkan oleh perencanaan, dalam arti bahwa tindakan harus memperhatikan
perencanaan sebagai landasannya. Salah satu perbedaan penelitian tindakan
dengan penelitian lainnya adalah bahwa penelitian tindakan diamati. Pelakunya
mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar sepenuhnya dapat menilainya.
3.
Observasi/Pengamatan
Observasi dalam penelitian tindakan berfungsi
untuk mendokumentasikan implementasi perencanaan dalam pelaksanaan tindakan. Observasi
juga bersifat prospektif (memandang ke depan) karena menjadi dasar bagi
penilaian (refleksi atau evaluasi) terhadap tindakan sekarang, dan lebih-lebih
lagi bagi tindakan yang akan datang selagi siklus yang sekarang berlangsung. Observasi
yang cermat diperlukan karena tindakan pada umumnya mengalami kendala di
lapangan. Kendala tidak selalu dapat diketahui sebelumnya. Observasi harus
direncanakan tetapi tidak boleh terlalu sempit. Observasi harus bersifat
responsif dan terbuka. Seperti halnya tindakan, rencana observasi harus luwes
dan memberi peluang untuk mencatat hal-hal yang tidak diharapkan. Peneliti
perlu mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan pada situasi (baik yang
dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki), kendala yang timbul, dan
masalah-masalah lain yang muncul. Observasi selalu diarahkan oleh tujuan untuk
memberikan dasar bagi refleksi atau penilaian. Dengan cara ini, observasi dapat
membantu meningkatkan praktik melalui pemahaman yang lebih baik dan melalui
tindakan strategis yang lebih memadai.
4.
Refleksi
Refleksi bersifat retrospektif. Artinya,
refleksi akan melihat kembali tindakan yang telah dicatat dalam tahap observasi.
Refleksi berusaha memberi makna pada proses, masalah, persoalan dan kendala
yang muncul ketika tindakan strategis dilaksanakan, dan efektifitas tindakan
untuk memecahkan masalah atau meningkatkan situasi. Refleksi mempertimbangkan
berbagai macam perspektif dari pihak-pihak yang terlibat dan berusaha memahami
permasalahan dan penyebab timbulnya permasalahan. Refleksi biasanya dilakukan
melalui diskusi antara pihak-pihak tersebut (misalnya, kolaborator). Diskusi
akan mengarah pada pemahaman baru dan dijadikan dasar untuk memperbaiki rencana
yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Refleksi merupakan kegiatan
analisis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh
dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Refleksi memiliki aspek evaluatif,
karena langkah ini meminta pihak-pihak yang terlibat untuk menimbang-nimbang
dan menilai apakah tindakan strategis yang telah dilakukan efektif atau tidak.
Pada tataran
praktis, penelitian tindakan dilaksanakan melalui beberapa langkah berikut:
1.
Identifikasi dan analisis masalah
Pada tahap ini peneliti mencari dan
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi terkait situasi sosial yang
terjadi. Langkah ini dapat ditempuh melalui pengamatan awal terhadap situasi
sosial yang ada, atau melalui diskusi. Terdapat empat paradigma dalam
menetapkan permasalahan yang hendak ditemukan solusinya dalam penelitian
tindakan, yaitu: perspektif keilmuan; perspektif metode keilmuan; perspektif
kepentingan dan kegunaan; serta perspektif teknis dan situasional.[12]
Selanjutnya permasalahan tersebut dianalisis agar diketahui dimensi-dimensi akar
permasalahan.
2.
Merumuskan masalah dan hipotesis tindakan
Salah satu catatan penting pada langkah
perumusan masalah ini adalah rumusan masalah hendaknya dideskripsikan secara
jelas, lugas, dan singkat. Sebaiknya rumusan masalah ini disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan dengan mengajukan alternatif tindakan yangakan dilakukan.
Selanjutnya dirumuskan hipotesis tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan
perbaikan yang diinginkan. Sebelum menetapkan rumusan tindakan, peneliti
hendaknya mengelaborasi segala alternatif tindakan yang mungkin dilaksanakan.
Ada perlunya peneliti juga berdiskusi dan berkonsultasi dengan pakar atau ahli
pada bidang permasalahan terkait.
3.
Merumuskan rencana tindakan dan pemantauan
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti mencoba
mencari cara untuk memperbaiki atau memecahkan masalah tersebut. Cara perbaikan
itu dirumuskan dalam suatu rancangan tindakan. Dalam merancang tindakan,
peneliti dapat mengacu pada teori yang relevan, atau bertanya pada ahli.
Rencana tindakan hendaknya memperhatikan data-data yang telah didapatkan pada
pengamatan awal. Rencana tindakan berfungsi sebagai panduan pelaksanaan
tindakan, oleh karena itu rencana tindakan harus memuat indikator-indikator
perbaikan masalah dan peningkatan. Pada penelitian tindakan kelas, rencana
tindakan ini dapat berupa rencapa pelaksanaan pembelajaran (RPP). Meskipun
rencana tindakan ini perlu dirumuskan secara detil dan rinci, namun rencana
tindakan hendaknya bersifat fleksibel dengan mempertimbangkan dinamika
perubahan kondisi sosial yang terjadi seringkali tak terduga. Hal ini bertujuan
agar tujuan pelaksanaan tindakan dapat tercapai dan terarah dengan baik.
4.
Melaksanakan tindakan dan mengamatinya
Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya,
namun perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh
rencana tindakan. Oleh karena itu, peneliti perlu bersikap fleksibel dan siap
mengubah rencana tindakan sesuai dengan kondisi yang terjadi. Pada saat
tindakan dilaksanakan, maka pada saat itu juga data dikumpulkan. Data mencakup semua
yang terjadi dalam situasi terkait, misalnya perubahan-perubahan gejala yang
muncul dari subyek penelitian.
5.
Mengolah dan menganalisis data
Langkah pengolahan dan analisis data ini
sering disebut sebagai refleksi. Refleksi dalam penelitian tindakan mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi
dapat teratasi. Dalam melaksanakan refleksi ini, peneliti
perlu untuk mendiskusikannya dengan kolaborator atau teman sejawat. Untuk
menjamin validitas data yang diperoleh, adakalanya peneliti juga menggunakan
teknik-teknik analisis dan pengujian validitas yang relevan.
6.
Menyusun laporan penelitian
Langkah akhir dari sebuah penelitian adalah
penyusunan laporan penelitian. Laporan ini disusun ketika peneliti sudah merasa
puas terhadap hasil penelitian yang didapat, atau ketika tujuan penelitian itu
sudah dicapai. Sebuah laporan penelitian berfungsi sebagai dokumentasi dan
pertanggung jawaban terhadap pimpinannya. Laporan penelitian juga dapat menjadi
sumber informasi untuk pihak-pihak lain yang ingin mengakses hasil penelitian
yang telah dilaksanakan.
D.
Urgensi Penelitian Tindakan bagi Guru dan
Pendidikan
Penelitian tindakan
telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang sosial, termasuk dalam bidang
pendidikan. Secara khusus dalam bidang pembelajaran, penelitian tindakan
dikenal dengan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action
research (CAR). PTK berkembang pesat di berbagai negara maju,
seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, Inggris, dan berbagai negara maju
lainnya. Sementara di Indonesia, PTK baru dikenal pada akhir dekade 80-an,
namun baru pada beberapa tahun belakangan ini PTK mulai digalakkan untuk
dilaksanakan oleh guru-guru di Indonesia. Sebagai penelitian terapan, PTK
mempunyai fungsi yang penting bagi peningkatan mutu pendidikan.
Dalam kegiatan
pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai
persoalan baik menyangkut peserta didik,
subject matter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang
profesional, guru harus mampu membuat professional judgement yang
didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus
melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi
belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi.
Untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang
selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelasnya. Salah satu upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran itu adalah dengan melaksanakan PTK. Dengan
PTK, kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat
teridentifikasi dan terdeteksi, dan selanjutnya dapat diberikan solusi yang
tepat.
Tujuan utama
PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui
tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk
mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, PTK dapat menjadi solusi
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
PTK juga
mempunyai beberapa keunggulan sebagai solusi peningkatan kualitas pembelajaran,
diantaranya: a) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekadar trial
and error; b) menangani masalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam
pembelajaran; c) guru sebagai peneliti tidak perlu meninggalkan tugas utamanya,
yakni mengajar; d) mengembangkan iklim akademik dan profesionalitas guru.[13]
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1)
Penelitian tindakan adalah merupakan suatu
bentuk penelitian reflektif diri yang dilakukan dilakukan peneliti dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan perbaikan yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi yang dialami peneliti itu sendiri.
Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan/tindakan (treatment)
dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala
mikro, yang diharapkan tindakan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pada situasi tertentu.
2)
Penelitian tindakan memiliki empat tahapan
pokok dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi/pengamatan, dan refleksi.
3)
Pada tataran praktis, penelitian tindakan
memiliki langkah-langkah berikut, yaitu: identifikasi dan analisis masalah;
merumuskan masalah dan hipotesis tindakan; merumuskan rencana tindakan dan
pemantauan; melaksanakan tindakan dan mengamatinya; mengolah dan menganalisis
data; serta menyusun laporan penelitian.
4)
Dalam dunia pendidikan, penelitian tindakan
menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran, yaitu dengan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Penelitian
Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2006.
Burns, A., Collaborative Action Research for English
Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press, 1999.
Elliot, John, Action Research
for Educational Change, Buckingham: Open University Press, 1991.
Hine, Gregory S.C, The
Importance of Action Research in Teacher Education Programs, Teaching and
Learning Forum, 2013.
Kunandar, Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Syamsuddin AR & Damaianti,
Vismaia S., Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Membimbing
Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kemdiknas, 2010,.
Action Research in Education, State of NSW: Department of
Education and Training Professional Learning and Leadership Development
Directorate. 2010.
[1] Direktorat Tenaga Kependidikan, Membimbing
Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kemdiknas, 2010, 4.
[3] A. Burns..
Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge:
Cambridge University Press, 1999,
[5] Action Research in Education, State of
NSW: Department of Education and Training Professional Learning and Leadership
Development Directorate. 2010, 1.
[6] Gregory S.C Hine, The Importance of Action
Research in Teacher Education Programs, Teaching and Learning Forum, 2013.
[8] Syamsuddin AR & Vismaia S. Damaianti, Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya,2006, 195-196.
[9] John Elliot, Action Research for
Educational Change, Buckingham: Open University Press, 1991, 49-56.
Posting Komentar