Dengan gontai seorang guru muda keluar dari kelas di mana ia baru saja menyelesaikan tugasnya; mendidik dan (berusaha) mencerdaskan anak bangsa. Seolah kehilangan semangatnya, ia berjalan lemas menuju ruang guru untuk menunggu jadwal mengajar di jam pelajaran berikutnya.
Gelagat sang guru muda itu ternyata mendapat perhatian dari seorang guru yang sudah cukup “senior” (sebenarnya penulis kurang menyukai istilah ini, namun hanya kata itu yang dapat terlintas dalam pikiran penulis). Guru “senior” itu pun menghampiri guru muda itu dan menyapanya.
“Selamat pagi Pak Guru. Bagaimana mengajarnya, menyenangkan??” sapa guru “senior”.
“Owh…Pak, selamat pagi juga” jawab guru muda dengan agak sedikit terkejut dari lamunannya.
“Ada apa kok sepertinya lemes  gitu?” ucap  guru “senior” melanjutkan pembicaraan.
“Tidak ada apa-apa kok Pak” jawab guru muda. “anak-anak itu lho Pak”, lanjutnya.
“Kenapa dengan anak-anak?” tanya sang guru “senior”.
“Mereka itu sulit diatur…susah dikasih tau..”, keluh guru muda.
“Owh…itu kan biasa. Namanya juga anak-anak.” Jawab guru “senior” dengan tenang.
“Tapi mereka itu…heran saya Pak. Sudah berulang kali diajari; berulang kali diingatkan; disuruh bersikap yang baik…tapi tetap saja kelakuannya tidak berubah, susah diatur” guru muda itu masih mengeluh.
“Ya memang begitulah..” guru “senior” menanggapi. “Pak, kita sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, tidak seharusnya mengeluh menghadapi hal-hal semacam itu. Anggap saja  sikap anak-anak kita itu sebagai berkah yang harus kita syukuri”.
“Lho Bapak ini bagaimana…wong anak susah diatur kok malah suruh bersyukur” ucap guru muda itu protes.
“Begini lho maksud saya, jika anak-anak itu sulit dikasih tau, itu artinya Allah memberi jalan kepada kita untuk mengeluarkan kemampuan terbaik kita dalam membimbing anak-anak. Allah mengasihi kita agar kita lebih giat berusaha. Itu artinya Allah meminta kita untuk mendekat padaNya melalui jihad kita dalam menyadarkan anak-anak. Bukankah ada suatu kaidah dalam agama kita yang menyatakan bahwa semakin banyak kesulitan yang dihadapi dalam melakukan sebuah ibadah maka akan semakin banyak pula pahala yang diperoleh dari ibadah tersebut?!’
“Hemm..” ucap guru muda.
“Masih ingat dengan cerita Nabi Muhammad ketika beliau ditawari oleh malaikat Jibril yang hendak menumpas umat yang membangkang terhadap ajakan beliau??” lanjut sang guru “senior”. “Apa jawab Nabi? Beliau melarang malaikat Jibril melakukan hal itu. Beliau berujar, jika semua umat yang membangkang hendak ditumpas malaikat Jibril, lalu siapa yang hendak didakwahi oleh Nabi Muhammad.”
“Benar juga perkataan anda Pak…” guru muda itu menanggapi.
“Sudahlah..tidak pas jika kita selalu mengeluh. Justru yang perlu kita lakukan adalah selalu semangat untuk menggali kemampuan kita; berusaha untuk membimbing mereka menjadi lebih baik”, guru “senior” itu melanjutkan nasehatnya. “Mereka itu ladang dakwah kita. Sarana kita untuk berjuang, berdakwah, dan meraih sebanyak-banyaknya ridho Allah.”
“Baik Pak… Terima kasih telah menginspirasi saya untuk kembali bersemangat” jawab sang guru muda.
“Dan jangan lupa, selalu doakan anak-anak kita agar diberikan hidayah (petunjuk) oleh Allah” pesan guru “senior”.
“Amin…” ucap guru muda itu.
“Tetap semangat ya….”


Jangan pernah mengeluh atas tantangan dalam kehidupan yang kita hadapi. Sesungguhnya dari tantangan-tantangan itulah kita belajar untuk menjadi lebih tangguh, lebih kuat dan lebih hebat.

Post a Comment