STRATEGI BK TERHADAP ANAK YANG MEMPUNYAI PROBLEM SOSIAL
       I.            PENDAHULUAN
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup di tengah-tengah masyarakat. Manusia membutuhkan peran orang lain untuk mewujudkan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Dengan sendirinya manusia tidak akan bisa lepas dari permasalahan sosial yang harus dihadapinya. Oleh karena itu mampu menyelesaikan dan bisa keluar dari masalah sosial merupakan harapan dari setiap manusia.
Masalah sosial yang yang datang tidak mengenal umur, agama, suku maupun warna kulit. Setiap dari kita pasti akan senantiasa akrab dengan segala pernak-pernik masalah sosial, termasuk anak-anak dan remaja. Jenis masalah yang harus dihadapi pun bermacam-macam begitu juga tingkat kesulitan untuk menyelesaikannya. Dari sinilah peran BK sangat diperlukan untuk membantu anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, sehingga anak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut dan tidak lari maupun menghindar dari masalah yang justru akan menjadikan masalah tersebut semakin rumit untuk diselesaikan. Setiap persoalan yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ketegangan pada diri anak. Jika ia tidak tahan lagi akan ketegangan itu maka ia mencari jalan keluar dengan penyelesaian semu.[1]  
Penulis ingat kata mutiara yang tentu sudah akrab bagi pembaca yang berbunyi “orang pandai mampu menghindar dari masalah sedangkan orang bijak mampu menyelesaikan masalah”. Banyak di antara anak didik  yang menghadapi masalah dan mampu memecahkannya. Ada pula yang menghadapi masalah dan tidak mamapu memecahkannya senfiri, beruntunglah ia mempunyai guru atau orang tua yang memahaminya dan membantunya pada saat yang tepat. 
Dari berbagai masalah sosial yang menghinggapi anak-anak maupun remaja sangat besar  kemungkinanannya memunculkan tindakan menyimpang yang sering juga disebut dengan maslah kenakalan remaja. Fenomena kenakalan remaja saat ini dapat dikembalikan kepada ketiadaan pembinaan generasi muda baik sejak awal perkembangannya maupun dalam proses remaja.





A.    STRATEGI BIMBINGAN KONSELING
Banyak sekali pengertian dan definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai stretegi, metode maupun taktik. Yang akan dibahas dalam artikel ini khusus tentang pengertian strategi terlebih dahulu yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Carl Von Clausewitz, stategi merupakan pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan sebuah peperangan. Dan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik. A. Halim berpendapat bahwa strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman lingkungan eksternal  yang dihadapi serta kemampuan internal dan sumber daya. Morrisey mengatakan bahwa strategi ialah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya. Pearce dan Robinson, strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.[2]
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi ialah cara untuk mencapai sebuah tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor eksternal dan internal yang secara keseluruhan berkaitan dengan pelaksaan gagasan, sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu strategi BK yaitu cara untuk membantu menyelesaikan persoalan ataupun permasalahan anak dengan perencanaan dan dan pelaksanaan yang sistematis dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dengan baik.

B.     PROBLEM SOSIAL
Disorganisasi merupakan proses melemahnya norma-norma dalam masyarakat yang disebsbkan perubahan sosial, disorganisasi menimbulkan problem sosial.[3] Problem sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan yang merupakan persoalan bagi masyarakat. Dalam disorganisasi masyarakat, si individu menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan dengan langsung ataupun tidak langsung. Prose modernisasi yang terlalu cepat menyebabkan masyarakat tidak sempat mengadakan reorganisasi norma-norma yang membeku sebagai akibat disorganisasi sosial.
            Untuk lebih memahami masalah sosial, penulis merasa perlu untuk memaparkan pengertian masyarakat terlebih dahuku. Masyarakat ialah sekelompok manusia yang merupakan kesatuan daerah fungsional dan kebudayaan.[4]  Dalam pengelompokan ini harus ada hubugan batin yang saling berpengaruh. Masyarakat memeiliki norma dan lembaga sosial. Mayarakat bagaikana tubuh manusia yang terdiri dari berbagai macam bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.  
Apabila terjadi perubahan pada salah satu masyarakat, maka keseimbangan menjadi terganggu, keseimbangan hanya dapat pulih dengan adanya penyesuaian. Masyarakat selalu mengalami perubahan yang sering diringi dengan geseka-gesekan yang memicu pada pertentangan dan bentrokan. Keadaan ini menimbulkan kekacauan dalam organisasi sosial yang lazim disebut dengan dis-organisasi sosial. Student need counselling conserning personal, social, emotional, educational and career issues.[5]
Cuber mengatakan disorganisasi merupakan suatu fase perubahan kearah pertumbuhan norma baru. Hanya saja dalam menuju perkembangan ini terjadi trial and error. Tetapi sekalipun demikian kita harus percaya bahwa hal itu sebagai suatu perkembangan ke arah integrasi di masa depan.[6] Setelah menelaah perubahan sosial maka kita perlu melihat hubungan dan dinamisme sosio kultural dengan problem sosial.
Adapun hubungan itu adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan sosial sebagai proses penyesuaian
2.      Perubahan Sosial dan Cultural Lag
a.       Perubahan mengancam kepentingan yang sudah tetap
b.      Perubahan menghancurkan kebiasaan
c.       Perubahan membawa pola-pola baru tingkah laku
1)      Penghayatan yang salah
2)      Kondisi-kodisi yang tidakfavourable
3)      Timbulnya organisasi pemuda

C.    KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PROBLEM SOSIAL
Suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada pada masyarakat di mana ia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.[7]
Kenakalan remaja bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.[8] Perbuatan anak-anak yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial tersebut pada dasarnya tidak disukai masyarakat, disebut juga problem sosial.[9] Jadi pada dasarnya problematika-problematika-problematika sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral sehingga berlawanan hukum dan bersifat merusak. Maka problema-problema sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa memepertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.[10]
Problema-problema sosial yang berwujud kenakalan remaja tentu timbul dan dialami oleh sebagian besar kelompok sosial. Kenakalan remaja hanyalah merupakan sebagian kecil dari masalah-masalah sosial yang dialami masyarakat.

D.    BIMBINGAN SOSIAL
1.      Pengertian Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Menurut Djumhur dan surya bimbingan sosial merupakan bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
Relevan dengan pendapat diatas, Andi Mapiare (1994) suatu bimbingan dikatakan bimbingan sosial apabila penekanan bimbingan lebih diarahkan pada usaha-usaha mengurangi masalah-masalah sosial.
Bidang bimbingan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Saat ini sosial media pun sudah menjadi tren sebagai penunjang karir yang menjanjikan yang diawali dengan menjamurnya berbagai aplikasi sosial media yang dipelopori oleh situs pertemanan seperti friendster, facebook, twitter dan masih banyak lagi yang sangat membantu dalam mempromosikan jasa dan produk suatu perusahaan dan sebagai tempat yang potensial untuk mendapatkan customer baru.
Orang yang menjalankan cara ini disebut social media marketer, oleh karena itu banyak perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi sebagai social media marketing. Berpengetahuan luas. Bidang sosial media memang membutuhkan orang-orang yang kreatif tidak cuma hanya bisa berkicau di twitter dan facebook dan mendapatkan banyak teman, tapi Anda harus mempunyai keahlian tambahan seperti video editing, photoshop dan software design lainnya, karena Anda bertugas mempromosikan jasa dan produk di mana Anda bekerja.
Berdasarkan definisi-definisi bimbingan yang telah  dipaparkan, dapat disimpulkan yaitu :
a.       Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinyu dan sistematis,
b.      Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksudkan adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Bagaimana cara seseorg mengatasi keadaan batinnya sendiri mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di  berbagai lingkungan (pergaulan sosial)
Sementara bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab. Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di  berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Dalam bidang bimbingan sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggunag jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan kita demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin. Kehadiran BK di institusi pendidikan sudah memiliki landasan yuridis formal dimana pemerintah telah menyediakan payung hukum terhadap keberadaan BK di sekolah. Berikut disampaikan peraturan-peraturan yang mendasari dan terkait langsung dengan layanan BK di sekolah.

2.           Aspek-aspek Bimbingan Sosial
Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga dihadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Kadang-kadang individu mengalami kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain atau lingkungan sosialnya. Masalah ini dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Problem individu yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya :
a.  Kesulitan dalam persahabatan
b.  Kesulitan mencari teman
c.  Merasa terasing dalam aktivitas kelompok
d. Kesulitan memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok
e.  Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga
f. Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru.
Selain problem diatas, aspek-aspek sosial yang memerlukan layanan bimbingan sosial adalah :
a. Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya
b.  Kemampuan individu melakukan adaptasi
c. Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3.      Tujuan Bimbingan Sosial
Berdasarkan pengertian di atas, tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Bimbingan sosial juga bertujuan untuk membantu indiviu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. Dahlan (1989) menyatakan bahwa tujuan bimbingan sosial adalah agar individu mampu mengembangkan diri secara optimal sebagai makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah Swt.

4.      Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Sosial
Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan sosial yang bisa diberikan kepada para siswa di sekolah atau madrasah. Bentuk-bentuk layanan tersebut :
a.      Layanan informasi yang mencakup :
1)      Informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini, yang mencakup :
a)      Informasi tentang ciri-ciri masyarakat maju atau modern
b)      Makna ilmu pengetahuan
c)       Pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia dan lain-lain
b      Informasi tentang cara-cara bergaul
Informasi tentang cara-cara berkomunikasi penting diberikan kepada setiap individu. Sebagai makhluk sosial, individu perlu berhubungan dengan orang. Dengan perkataan lain, individu memerlukan orang lain dalam kehidupannya. Untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara baik, individu dituntut untuk mampu beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya.




5.      Orientasi
Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan sosial suasana, lembaga dan objek-objek pengembangan sosial seperti berbagai suasana hubungan sosial antarindividu dalam keluarga, organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial tertentu.
Dalam melaksanakan bimbingan sosial ada beberapa pendekatan yang bisa diterapkan, diantaranya;
a.       Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengatakan bahwa masalah sosial (termasuk didalamnya kenakalan remaja) merupakan produk sosial. Masalah ini pada dasarnya terjadi pada anak-anak yang dalam masa perkembangannya tidak mendapatkan bimbingan yang tepat, baik oleh orang tua maupun guru. Oleh karena itu jika orang tua maupun guru melihat adanya masalah sosial yang terdapat pada diri anak maka harus diatasi dengan cara menciptakan suasana kekeluargaan disertai bimbingan yang wajar.
Suatu perkembangan yang harmonis tercipta bila dapat memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis.  Dengann demikian peran orang tua dan guru dalam membimbing anak merupakan tindakan prefentif yang mampu mencegah anak terjerat pada problem sosial.
b.      Pendekatan Antropologi Filsafat
Karena pembahasan pada makalah ini berfokus pada anak yang mempunyai masalah sosial maka sudah sepantasnya penulis memaparkan eksistensi manusia, sebab anak adalah manusia. Dengan kata lain anak harus didekati dari segi antropologis. Dalam eksistensinya manusia tidak pernah sendiri. Manusia selalu ada bersama orang lain, yang pada fakikatnya berarti manusia selalu bertemu dengan orang lain, dengan pertemuan itu manusia sadar akan eksistensinya.
c.       Pendekatan psikologis
Definisi psikologi sosial yang paling umum diterima menggambarkan disiplin ini sebagai suatu upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana perasaan, pemikiran dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain secara aktual, dibayangkan atau hadir secara tidak langsung.[11]
Dalam pendekatan ini seorang konselor dituntut untuk mengetahui kejiwaan anak yang bermasalah sehingga apa yang mungkin dilakukan oleh konselor dapat untuk ditangkap dan diterima anak dan paling tidak anak akan merasa nyaman terhadap tindakan yang diberlakukan padanya.

    II.            KESIMPULAN
Dari uaraian yang telah penulis kemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membantu anak yang mempunyai masalah sosial seorang konselor bisa menerapkan strategi:
1.      Melakukan pendekatan personal kepada anak bermasalah mencakup pendekatan sosiologis, filsafat dan psikologis.
2.      Mengenali karakteristik anak yang bermasalah.
3.      Mengetahui lingkungan dan dunia pergaulan anak.
4.      Mencari sumber penyebab munculnya masalah sosial yang dihadapi anak.
5.      Menyajikan realita kehidupan dengan mengambil contoh orang-orang hebat yang mampu mengatasi masalah sosial sehingga sukses dalam hidupnya
6.      Memberi motivasi kepada anak bahwa ia adalah anak hebat dan tangguh yang pasti mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7.      Melakukan advokasi dan pendampingan terhadap anak yang bermasalah sampai anak tersebut benar-benar mampu menyelesaikan masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dennis Fox, Psikologi Kritis: Metaanalisis Psikologi Modern, jakarta: Daras 2014.
Kartono, Kartini Bimbingan bagi Anak dan Remaja Bermasalah, Jakarta Utara: Rajawali Pers, 1985.
Tompson, Rosemary A, School Counselling: Best Practices for Working in School, New York: Brunner-Rotledge, 2002.
Simanjundjntak, B, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1994.
Simanjundjntak, B, Pengantar Kriminaligi Sosial, Jakarta: Aksara Baru, 1984.
Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:Universitas Indonesia, 1977.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Renika Cipta, 1995.



[1] Kartini Kartono, Bimbingan bagi Anak dan Remaja Bermasalah, Jakarta Utara: Rajawali Pers, 1985, 1.  
[3] B. Simanjundjntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1994, 4.
[4] B. Simanjundjntak, Latar Belakang...., 4.
[5] Rosemary A Tompson, School Counselling: Best Practices for Working in School, New York: Brunner-Rotledge, 2002,13
[6] B. Simanjundjntak, Latar Belakang...., 5.
[7] Simanjuntak, Pengantar Kriminaligi Sosial, Jakarta: Aksara Baru, 1984, 295.
[8] Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Renika Cipta, 1995, 114.
[9] Sudarsono, Kenakalan Remaja, ...., 114
[10] Soerjono Soekamto, sosiologi suatu pengantar, Jakarta:Universitas Indonesia, 1977,276.
[11] Dennis Fox, Psikologi Kritis: Metaanalisis Psikologi Modern, jakarta: Daras 2014, 154.

Post a Comment