BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara
Indonesia, merupakan salah satu negara yang memiliki banyak gugusan pulau dan
wilayah yang dipisahkan oleh wilayah perairan. Setiap pulau dan wilayah di
Nusantara ini, memiliki keragaman budaya, etnik, bahasa, dan lain sebagainya
yang tertuang dari ujung Barat Negeri ini, yaitu Sabang sampai ujung Timur
Indonesia, yaitu Merauke. Keragaman budaya yang beragam ini dikarenakan oleh
faktor lingkungan tempat dimana mereka tinggal yang mempunyai peran yang cukup
besar dalam melahirkan dan menciptakan ide – ide atau gagasan dalam proses
penakhlikan suatu kebudayaan dan tradisi. Alam telah menggerakkkan hati manusia
untuk melahirkan suatu gagasan dalam proses penciptaan suatu tradisi yang pada
akhirnya, kebudayaan dan tradisi yang beragam tersebut memperkaya jati diri
Bangsa Indonesia.
Salah
satu daerah yang masih menjunjung tinggi adat dan tradisi warisan dari nenek
moyang yaitu Jawa lebih tepatnya di daerah Jawa Tengah. Dengan luas sekitar 32.801
km2, tidak megherankan jika, daerah yang dipimpin dan dilayani oleh Bapak
Gandjar Pranowo selaku Gubernur Provinsi Jawa tengah, memiliki beragam tradisi,
kebudayaan dan adat - istiadat yang beragam, mulai dari yang berbentuk upacara,
kenduri, dan penyembahan, misalnya saja Sekaten, Upacara Kesada, Grebeg Sudiro,
dan lain sebagainya. Tradisi tersebut tentunya masih mengandung nilai – nilai falsafah
yang melekat dalam pandangan hidup masyarakat. Acara – acara ini dilaksanakan
untuk kepentingan tertentu dan untuk tujuan tertentu pula. Biasanya acara
tersebut dilaksanakan secara bersama – sama oleh masyarakat yang bersangkutan.
Tradisi turun – temurun dari nenek moyang tersebut menggambarkan bahwa
kehidupan masa lampau dijalin oleh ikatan tali persaudaraan yang tinggi serta
memaparkan bahwa kehidupan manusia pasti tidak luput dari campur tangan orang
lain.
Sebagai seorang
pelajar Indonesia, yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang
kebudayaan daerah dan akan terus menggali potensi kekayaan dan keberagaman
budaya daerah yang ada, kali ini penulis ingin mengeksplorasi salah satu dari
warisan budaya di Jawa Tengah ini, yaitu Tradisi Nyadran. Mungkin kalimat ini
tidak begitu asing di telinga orang Jawa Tengah khususnya daerah pedesaan di
Desa Koripan, Kec.Susukan, Kab.Semarang. Tradisi Nyadran merupakan salah satu
media yang bertujuan untuk mendoakan para leluhur. Nyadran merupakan salah satu
upacara yang diselenggarakan pada bulan Ruwah dan dilakukan secara bersama –
sama oleh masyarakat setempat. Umumnya Nyadran dilaksanakan di tempat
pemakaman. Pada saat itu, semua warga akan berkumpul dan akan melaksanakan
acara tersebut dengan sakral. Proses ritual Nyadran ini biasanya dimulai dengan
membuat kue apem, ketan dan kolak. Acara Nyadran ini juga dapat menjadi media
pembelajaran bagi para pelajar dan dapat meningkatkan rasa ukhuwah islamiyah
antar umat sesama muslim, solidaritas, persatuan dan kesatuan.
Namun, akhir –
akhir ini banyak daerah di Jawa Tengah yang telah meninggalkan tradisi dan
budaya lokal, dan berangsur – angsur memihak budaya Barat terutama di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan oleh
derasnya arus globalisasi. Disamping memiliki dampak positif, globalisasi juga
memiliki dampak negatif, yaitu mengancam masyarakat untuk meninggalkan budaya
lokal. Kebiasaan yang dulunya dilakukan secara beramai - ramai kini berbanding
terbalik dilakukan secara individu. Budaya gotong – royongpun mulai meluntur,
mereka hanya mengutamakan eksistensi pribadi, yang tentunya tidak baik untuk
dilakukan.
Budaya
Nyadran sebagai warisan nenek moyang, merupakan salah satu tradisi yang mengajarkan kita akan pentingnya kebersamaan
dan rasa persatuan yang kuat sebagai landasan untuk mencapai kemakmuran,
kedamaian, dan kesejahteraan. Didalam derasnya arus globalisasi ini, sebagian
masyarakat memilih untuk tidak ikut serta dalam Tradisi Nyadran ini, hal ini
disebabkan oleh rasa egois yang tinggi dan hanya
mementingkan harga diri sendiri. Perkara ini, sering muncul di daerah perkotaan, yang umumnya telah
terhipnotis oleh Budaya Asing.
Meskipun
demikian, masyarakat di desa, khususnya Desa Koripan, Kec.Susukan,
Kab.Semarang, tetap mempertahankan tujuan utamanya, yaitu melestarikan warisan
budaya lokal, Tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran merupakan ekspresi dan ungkapan
kesalehan sosial masyarakat dimana rasa gotong – royong, solidaritas, dan
kebersamaan menjadi pola utama dari tradisi ini. Dalam konteks ini, maka
nyadran akan dapat meningkatkan pola hubungan masyarakat yang erat dan semakin
kuat, juga kukuh. Rasa solidaritas inilah yang nantinya akan membangun
masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik. Di dalam Tradisi Nyadran, terdapat
hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga. Sehingga
semakin jelas bahwa Tradisi Nyadran dapat mempererat solidaritas antar warga khususnya di Desa Koripan menjadi kuat dan kokoh.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik
untuk menulis Karya Ilmiah dengan judul TRADISI NYADRAN DI ERA GLOBALISASI, SEBAGAI WARISAN
BUDAYA PENGERAT SOLIDARITAS ANTAR WARGA DESA KORIPAN.
B. Perumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Tradisi Nyadran dalam derasnya arus
globalisasi?
2. Bagaimana
cara agar sikap solidaritas dan persatuan dapat kuat melalui Tradisi Nyadran?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah :
1.
Dapat menguraikan upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan Tradisi Nyadran
dalam derasnya arus globaliasi.
2.
Dapat menjelaskan dan menyebutkan cara yang
dilakukan untuk memupuk rasa solidaritas
dan persatuan melalui Tradisi Nyadran.
D.
Manfaat Penelitan
Dari
penelitian ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi :
1.
Manfaat Teoritis
a)
Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi program study IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) untuk memberikan referensi dalam pengkajian masalah –
masalah Sosial – Budaya
b)
Penelitian ini
diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial
terutama dalam bidang kebudayaan.
2. Manfaat Praktis
a)
Bagi Sekolah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di sekolah terutama
dalam bidang kebudayan.
b)
Bagi Siswa
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan untuk menambah
pengetahuan khususnya dalam tradisi lokal di tengah-tengah globalisasi.
c)
Bagi Masyarakat
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya
masyarakat pedesaan mengenai sebuah tradisi yang berkembang ditengah - tengah
derasnya era globalisasi.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Tradisi Nyadran
Tradisi (bahasa latin ;traditio “diteruskan”) atau
kebiasaan dalam pengertian sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun ( sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi
dapat punah. Sedangkan menurut KBBI devinisi tradisi, yaitu adat kebiasaan
turun – temurun ( dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Nyadran adalah serangkaian
upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. Nyadran
berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Nyadran adalah
tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Dalam
bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran
yang artinya ruwah syakban. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang
berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri
selamatan di makam leluhur. Secara harfiah Tradisi Nyadran dapat diartikan
sebagai, satu bentuk tradisi layaknya kenduri yang menggunakan sarana tertentu
yang biasanya berwujud makanan besekan. Sementara makanan yang biasanya harus
ada, yaitu kolak, ketan, dan apem. Tradisi ini bertujuan untuk menyambut bulan
ramadan dengan cara membersihkan makam leluhur, dan memberi selamatan / kenduri
di makam para leluhur.
2.
Era Globalisasi
Era globalisasi diambil dari dua
kata “era” dan “globalisasi”. Era dapat diartikan sebagai zaman, kurun waktu atau masa bahkan
waktu, sedangkan globalisasi sendiri adalah suatu proses yang telah mendunia
(global ). Oleh sebab itu, era globalisasi
dapat di maknai sebagai waktu atau masa di mana segala proses kehidupan
sudah mendunia dan meluas
Dampak Globalisasi ini bermacam –
macam jenisnya. Salah satu dampak positif dari globalisasi, yaitu mobilitas
yang cepat dan teknologi yang semakin hari semakin maju serta canggih. Dengan
adanya mobilitas yang cepat, maka Budaya Barat cepat merambah dan menghasut
masyarakat untuk meniru Budaya Barat dan meninggalkan Budaya Lokal.
3.
Warisan Budaya
Pengertian warisan sendiri yaitu,
sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang, baik berupa benda berharga atau
materi lainnya yang diwariskan kepada ahli warisnya.
Sedangkan pengertian budaya yaitu,
suatu cara hidup berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Definisi Warisan Budaya adalah benda
atau atribut tak berbenda yang merupakan jati diri suatu masyarakat atau kaum
yang diwariskan dari generasi generasi
sebelumnya, yang dilestarikan untuk generasi – generasi yang akan datang. Warisan
budaya dapat berupa benda, seperti monumen, artefak, dan kawasan,atau tak benda,
seperti tradisi, bahasa, dan ritual adat.
4.
Definisi Solidaritas
Antar masyarakat
Menurut KBBI Solidaritas adalah
sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan ;
- antara sesama anggota sangat diperlukan. Sedangkan menurut wikipedia solidaritas
adalah integrasi, tingkatan dan jenis
integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang dan tetangga
mereka. Hal ini mengacu pada hubungan
dalam masyarakat hubungan orang –orang mengikat
satu sama lain. Istilah ini umumnya
digunakan dalam sosiologi dan ilmu - ilmu sosial lainnya.
Masyarakat yaitu sejumlah manusia
dalam arti seluas luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama .
Jadi solidaritas antar masyarakat yaitu
sifat satu rasa (senasib sepenanggungan)
antara satu manusia dengan manusia lainnya yang mengikat satu sama lain dalam sebuah hubungan interaksi sosial.
Jadi, solidaritas antar masyarakat,
yaitu sikap satu rasa (senasib sepenanggungan) antar individu atau kelompok
manusia, karena adanya rasa saling membutuhkan yang terikat oleh suatu
kebudayaan atau kebiasaan yang mereka anggap sama dalam suatu interaksi sosial.
Manfaat
dan Kelebihan Tradisi nyadran yang telah dirasakan oleh masyarakat sekitar
diantaranya, yaitu:
a.
Meningkatkan rasa
solidoritas antar umat muslim
b.
Menguatkan tali
silaturohmi antar warga
c.
Meningkatkan uquah
islamiah
d.
Menjaga kerukunan warga
e.
Mengokohkan rasa
kekeluargaan
f.
Menopang sikap saling tepa selira
B. Hasil Penelitian yang Relevan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan
tahapan – tahapan observasi tentang Tradisi Nyadran dalam pesatnya arus
globalisasi, sebagai media pengerat solidaritas antar warga Desa Koripan,
Kec.Susukan, Kab.Semarang yang meliputi:
Hasil
Desa Koripan yang menjadi tempat
penelitian merupakan sebuah desa di wilayah Kabupaten Semarang. Desa ini
berpenduduk kurang lebih 1000 jiwa dan termasuk desa terpadat di wilayah
Kecamatan Susukan. Desa ini merupakan Desa yang berciri heterogen dimana
keragaman agama, etnik dari penduduk baru, dan lain sebagainya yang terdapat
dalam komposisi masyarakatnya. Dari segi ekonomi, warga Desa Koripan berprofesi
sebagai pedagang, buruh tani, pegawai negeri, buruh pabrik, dan wiraswasta.
Dari segi agama, hampir semua memeluk agama Islam, namun juga ada sebagian
warga yang memeluk agama non-islam, akan tetapi hal itu tidak berujung pada
situasi perpecahan dan pertentangan, melainkan mereka hidup dengan rukun,
saling menghormati kepercayaan yang ada. Sedangkan, dilihat dari aspek politik,
komposisi mereka jauh lebih beragam.
Bagi masyarakat Desa Koripan, Tradisi
Nyadran merupakan Tradisi leluhur yang harus dilestarikan. Tradisi ini biasanya
diadakan pada Bulan Ruwah sebelum umat muslim melaksanakan ibadah puasa satu
bulan penuh di Bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya, diikuti oleh seluruh umat
muslim Desa Koripan. Dimana pada saat Upacara dimulai, semua warga akan
beduyun-duyun untuk datang seraya berdoa untuk diberi keslametan dan keberkahan, selain itu. Tradisi ini dilakukan secara
bersama-sama oleh warga setempat, sebagai sarana untuk meminta keslametan dan mereka yakin bahwa, rejeki
yang akan datang pasti diberikan
oleh Yang Maha Kuasa.
Dalam Tradisi Nyadran, terdapat acara
syukuran, yang dilengkapi dengan doa bersama dan membagi-bagikan makanan ambeng seperti, kue apem, aneka
lauk-pauk, nasi ketan, dan buah yang wajib dibawa yaitu buah pisang. Dengan adanya
tradisi ini, maka solidaritas dan rasa persatuan semakin tinggi. Tidak hanya
itu, tradisi ini juga memberikan integrasi antara kerukunan warga yang
terjamin, juga mendekatkan diri kepada Sang Pencipta semesta alam ini.
Bagi
sebagian besar masyarakat mengaku bahwa, dengan dilaksanakannya perayaan tradisi nyadran, maka
kerukunan dan sikap saling tepa selira akan kuat.
A. Upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan Tradisi Nyadran dalam derasnya arus
globalisasi
B. Cara agar sikap
solidaritas dan persatuan dapat kuat melalui Tradisi Nyadran?
Posting Komentar