I.
PENDAHULUAN
Penelitian merupakan hal yang tidak asing bagi mahasiswa.
Setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya diwajibkan untuk
menyelesaikan penelitian, baik itu skripsi bagi mahasiswa S.1, maupun tesis
bagi maha siswa S.2. jenis penelitian yang dilakukan berfariatif sesuai dengan
bidang keilmuan yang dipelajari. Jika mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa
fakultas pendidikan, maka wajib baginya untuk menyalukan dan menyeleaikan
penelitian tentang pendidikan.
Salah satu di antara Tri dharma perguruan tinggi adalah
penelitian. Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara
sistematik untuk menguji jawaban-jawaban sementara tentang permasalahan yang
diteliti melalui pengukuran yang cermat terhadap fakta-fakta secara emperis.[1]
Salah satu tugas pokok perguruan tinggi adalah penggandaan masyarakat
yang berilmu dan peningkatan kemampuan keilmuan anggota masyarakat. Dengan
demikian, masalah keilmuan yang harus dicakup meliputi keseluruhan masalah
bidang keilmuan, oleh karena itu penelitian diperguruan tinggi harus juga
mencakup semua masalah keilmuan. Tentu saja dalam perguruan tinggi tertentu
masalah keilmuan yang menjadi arena penelitian akan ditentukan oleh cakupan
bidang ilmu yang menjadi bidang garapan perguruan tinggi saja, jelasnya cakupan
masalah penelitian diperguruan tinggi tertentu akan meliputi semua masalah
keilmuan yang menjadi perhatian dan bidang garapan perguruan tinggi yang
bersangkutan serta yang dapat ditopang oleh bidang-bidang ilmu perguruan tinggi
tersebut.[2]
II.
RUANG
LINGKUP PENELITIAN PENDIDIKAN DAN FUNGSINYA
Sebelum memaparkan ruang lingkup penelitian pendidikan
dan fungsinya, terlebih dahulu pemakalah menyajikan definisi ruang lingkup
pendidikan agar pembahasan pada makalah ini bisa lebih mengena pada para
pembaca.
1.
Definisi
Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Dalam sebuah penelitian ruang lingkup bisa berarti
pembatasan variabel yang digunakan, berapa banyak subjek
yang akan diteliti,
luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan sebagainya. Adanya pembatasan
atau ruang lingkup dalam sebuah penelitian penting adanya karena akan
mempengaruhi validitas dari hasil penelitian itu sendiri. Kemudian ruang lingkup secara khusus juga digunakan
untuk membatasi materi dari sebuah ilmu.
Untuk mengetahui ruang lingkup suatu hal, peneliti perlu
mendapatkan pengertian dari istilah tersebut. Atau dengan kata lain ruang
lingkup merupakan batasan dari pengertian umum dari suatu pokok materi. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup secara umum berarti batasan,
sedangkan secara khusus berarti pengertian suatu materi secara lebih detail,
sehingga dengan adanya ruang lingkup ini penelitian yang dilakukan lebih
terarah.
2.
Komponen
Pendidikan
Ruang lingkup dan kajian pendidikan, di antaranya berupa
komponen-komponen pendidikan yang meliputi: (1) Interaksi
Pendidikan, (2) Tujuan Pendidkan, (3) Lingkungan Pendidkan dan Pergaulan
Pendidikan .
A.
Interaksi
Pendidikan
Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan
kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik
pribadi peserta didik.[3]
Menurut Nana tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat
sasaran, yaitu:
1.
Pengembangan
segi-segi kepribadian,
3.
Pengembangan
kemampuan kemasyarakatan,
4.
Pengembangan
kemampuan melanjutkan studi, dan
5.
Pengembangan
kecakapan dan kesiapan untuk bekerja.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber-sumber pendidikan dapat berlangsung dalam situasi pergaulan
(pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan. Dalam pergaulan antara
peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan terutama segi-segi
afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, dan kebiasaan.
B.
Tujuan
Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa
menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan
tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya (peserta didik, masyarakat dan
pekerjaan). Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah
kepada yang baik dan tidak mungkin merugikan peserta didik.[4]
C.
Lingkungan
Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan
pendidikan, antara lain:
1.
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama seorang
anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan.
2.
Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang bersifat
formal. Karena disini pendidikan telah memiliki rencana yang harus dicapai
serta sistem pengajarannya sudah professional dan khusus.
3.
Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan masyarakat berisi kegiatan dan proses
pendidikan yang lebih formal, kurang formal, bahkan tidak formal.
4.
Lingkungan
Fisik
Lingkungan fisik terdiri dari lingkungan alam dan
lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan
dukungan atau hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
5.
Lingkungan
Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan
antar manusia, pergaulan antara pendidik dan peserta didik serta orang-orang
lain yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Dalam lingkungan ini terlihat
bahwa setiap orang memiliki karakteristik pribadi masing-masing, baik sebagai
individu ataupun sebagai anggota kelompok. Manusia adalah makhluk yang
berbudaya, menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya
tertentu.
6.
Lingkungan
Intelektual
Lingkungan intelektual merupakan lingkungan penunjang
dalam berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak
seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media
dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan
kemampuan berpikir.
7.
Lingkungan
Keagamaan
Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait
dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan
nilai-nilai keagamaan.
8.
Lingkungan
Nilai
Lingkungan nilai merupakan tata kehidupan nilai, baik
nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai
keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu.
D.
Pergaulan
Pendidikan
Dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh
dan memberikan perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik. Dalam pergaulan
pendidikan proses pengembangan berlangsung secara informal, alamiah, dan
mungkin juga tidak disadari.
Di samping komponen pendidikan diatas, Tyler merumuskan
ruang lingkup penelitian pendidikan meliputi; (1) Mata Pelajaran, (2) Cara
Mengajar, (3) Guru, (4) Sekolah sebagai lembaga sosial, (5) Lingkungan Keluarga,
(6) Lingkungan Teman Sebaya, dan (7) Lingkungan Masyarakat.[5]
Sedangkan komponen yang dapat dijadikan objek penelitian
pendidikan menurut Arifin, yaitu: (1) Apabila komponen proses pendidikan
tersebut terdapat kesenjangan antara realitas teoritis dengan realitas empirik. (2) Apabila komponen-komponen
pendidikan tersebut proses pelaksanaannya perlu adanya evaluasi dan
pengembangan lebih lanjut.[6]
2.
Fungsi
Penelitian Pendidikan
Setiap penelitian
tentunya mempunyai suatu tujuan. Tujuan dari semua penelitian adalah berfungsi
untuk menjelaskan, memprediksikan, dan atau mengontrol fenomena. Tujuan penelitian
didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan
bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui.[7]
Pendidikan
senantiasa berkenaan dengan manusia. Dalam pengertian upaya sadar untuk membina
dan mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal mungkin sesuai dengan
kapasitasnya. Pendidikan terjadi dalam situasi sosial yakni interaksi antara
manusia, dan interaksi manusia dengan
lingkungannya. Itulah sebabnya pendidikan tidak berkembang tanpa
sumbangan dari ilmu yang lain, khususnya ilmu tentang perilaku manusia. Atas
dasar pemikiran tersebut maka penelitian pendidikan pada hakikatnya tidak
berbeda dengan penelitian ilmu ilmu perilaku manusia pada umumnya , terutama
dari segi metodologisnya.
Secara umum fungsi
penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi :
a.
Pengembangan
Ilmu Pendidikan
Penelitian
pendidikan ini ditujukan untuk kepentingan pengembangan Ilmu Pendidikan itu
sendiri termasuk ilmu-ilmu bantunya. Penelitian untuk pengembangan ilmu sering
disebut penelitian murni.
Masalah dan
variabel yang diteliti digali dan diangkat berdasar teori-teori yang ada dalam
ilmu pendidikan. Penelitian ini berkisar pada bidang kurikulum, proses belajar
mengajar , bidang evaluasi/penelitian pendidikan, bidang administrasi/supervisi
pendidikan,bidang bimbingan penyuluhan, bidang pendidikan luar sekolah, bidang
pendidikan khusus, bidang teori dan filsafat pendidikan.
b.
Pemecahan
Masalah Pendidikan
Penelitian
pendidikan ini ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan terutama
masalah yang berkenaan kualitas proses pendidikan dan pengajarankualitas atau
mutu hasil pendidikan, efisiensi dan efektifitas pendidikan, relefansi
pendidikan dan lain-lain.
Pendidikan ini
tidak bermaksud untuk pengembangan ilmu tetapi untuk meakukan perbaikan dan
penyempurnaan praktek pendidikan . oleh karena itu termasuk dalam penelitian
terapan, bidang kajian yang biasa diteliti berkenaan dengan kurikulum dan
sisitem pendidikan, ketenagaan, anak didik, sistem pengajaran, lingkungan
pendidikan, bahan-bahan intruksional, media dan teknologi pendidikan,
administrasi sekolah, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, perpustakaan
sekolah dan lain-lain.
c.
Penelitian
Kebijakan Pendidikan
Penelitian ini
hampir sama dengan penelitian pemecahan masalah. Beberapa perbedaan terletak
dalam lingkup masalah dan manfaatnya. Bidang kajian penelitian ini
diantaranyakurikulu muatan lokal, pendidikan dasar 9 tahun, pengawasan melekat,
orang tua asuh, kenaikan pangkat otomatis. Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan pendidikan baik pada
tingkat nasional, regional maupun lokal.
d.
Penelitian
Pendidikan yang dapat menunjang pembangunan
Penelitian ini
berkenaan dengan peranan, posisi, tugas dan tanggung jawab pendidikan dalam
pembangunan nasional. Misalnya penelitian mengenai peranan pendidikan dalam
hubungannya dengan sektor ketenagaan, produktifitas kerja, program keluarga
bencana dan kependudukan, lingkungan hidup, dan lain-lain.[8]
III.
PENUTUP
Pemahaman seorang peneliti terhadap ruang lingkup
penelitian sangatlah penting, termasuk di dalamnya penelitia tentang
pendidikan. Karena dengan adanya ruang lingkup penelitian peneliti tidak akan
terjebak pada pembiasan dan salah sasaran terhadap objek penelitian.
Segala perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tentu
mempunyai tujuan. Begitu juga setiap materi atau benda yang ada tentu mempunyai
manfaat maupun fungsinya. Oleh karena itu penelitian pendidikan juga mempunyai
banyak fungsi yang erat hubungannya dalam rangka pengembangan dunia pendidikan
dari berbagai macam segi kehidupan.
Daftar Pustaka
Ruseffendi, E.T.
dkk. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakata Lainnya.
Semarang: IKIP Semarang, 1994.
Sanapiah Faisal dan Mulyadi Guntur Waseso, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional1982.,
Sukmadinata, Nana S. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Arifin. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
dan Kualitatif. Yogyakarta: Lilin Persada, 2010.
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
[1] Ine
I.Amirman Yousda & Zainal Arifin, Penelitian & Statistik Pendidkan,
Jakarta:Bumi Aksara,1993.6
[2] Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Penedekatan Praktek, Jakarta :PT Rineka
Cipta,1998.2
[6] Arifin.
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Lilin
Persada 2010.
[7] Emzir,metodologi
penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif, jakarta rajawali pers, 2014,
3.
[8] Nana Sudjana, Ibrahim,”Metodologi Penelitian Pendidikan” lembaga
penelitian ikip bandung, sinar baru bandung 1989, 4-5.
Posting Komentar